**Lamongan** – Convention Hall K.H. Hisyam Lantai 10 Tower Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) bergemuruh pada Kamis (9/1/25). Bukan oleh orasi ilmiah, melainkan oleh hentakan musik tradisional dan gemulai gerak tari yang memukau. Hari ini, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Umla tengah menggelar perhelatan akbar: pagelaran seni budaya bertajuk “Kreativitas tanpa Batas, Merajut Seni Budaya untuk Menciptakan Keberagaman Identitas”. Ratusan pasang mata, dari jajaran pimpinan Umla, dosen, tenaga pendidik, hingga mahasiswa, terpaku menyaksikan kekayaan budaya yang ditampilkan. Acara dibuka dengan apik oleh Tari Mayang Madu, disusul Tari Zafin Melayu, dan puncaknya, penampilan istimewa dari para dosen PGSD Umla yang membawakan Tari Jaranan. Penampilan enerjik para dosen ini sukses memukau hadirin dan sontak membuat suasana semakin meriah dengan semangat dan antusiasme yang membara. Mahasiswa PGSD UMLA tak kalah memukau. Mereka mempersembahkan serangkaian tarian tradisional khas Nusantara yang kaya makna. Tari Sesonderan membawa keceriaan masyarakat Jawa, sementara Tari Sintren menghadirkan nuansa mistis dan keindahan budaya. Hadirin pun diajak bernostalgia di masa anak-anak lewat Tari Dolanan yang mengangkat tema permainan tradisional. Tidak hanya itu, Tari Sorote Lintang, sebuah tari kontemporer berbalut unsur tradisional yang kental, juga turut memeriahkan acara. Kekuatan dan kebersamaan terlukis indah dalam Tari Jaran Dawuh. Sebagai penutup, Tari Boran tampil memikat, mengisahkan kehidupan penjual nasi boran, kuliner khas Lamongan. Dia mengingatkan tentang tanggung jawab besar seorang guru. “Seorang guru, dalam setiap ucapan dan tindakannya, menjadi contoh bagi anak didiknya,” tegasnya. Dia menambahkan bahwa seorang guru harus memiliki minimal empat kompetensi utama: “Pertama adalah kepribadian, kedua kompetensi pedagogik, ketiga kompetensi profesional, dan yang keempat adalah kompetensi sosial.” Dengan mengusung tema “Kreativitas Tanpa Batas,” pagelaran ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia. Lebih dari itu, acara ini juga menjadi pendorong bagi generasi muda, khususnya mahasiswa PGSD Umla, untuk terus berkarya dan berinovasi tanpa batas dalam menjaga dan mengembangkan seni budaya bangsa. Pagelaran ini membuktikan bahwa seni dan budaya tetap lestari di tengah modernisasi, dirajut indah oleh kreativitas generasi penerus bangsa.
Penulis : Admin FSTP
Dipublikasikan pada : 09 Jan 2025, 19:32 PM
Lamongan – Convention Hall K.H. Hisyam Lantai 10 Tower Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) bergemuruh pada Kamis (9/1/25). Bukan oleh orasi ilmiah, melainkan oleh hentakan musik tradisional dan gemulai gerak tari yang memukau.
Hari ini, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Umla tengah menggelar perhelatan akbar: pagelaran seni budaya bertajuk “Kreativitas tanpa Batas, Merajut Seni Budaya untuk Menciptakan Keberagaman Identitas”. Ratusan pasang mata, dari jajaran pimpinan Umla, dosen, tenaga pendidik, hingga mahasiswa, terpaku menyaksikan kekayaan budaya yang ditampilkan.
Acara dibuka dengan apik oleh Tari Mayang Madu, disusul Tari Zafin Melayu, dan puncaknya, penampilan istimewa dari para dosen PGSD Umla yang membawakan Tari Jaranan. Penampilan enerjik para dosen ini sukses memukau hadirin dan sontak membuat suasana semakin meriah dengan semangat dan antusiasme yang membara.
Mahasiswa PGSD UMLA tak kalah memukau. Mereka mempersembahkan serangkaian tarian tradisional khas Nusantara yang kaya makna. Tari Sesonderan membawa keceriaan masyarakat Jawa, sementara Tari Sintren menghadirkan nuansa mistis dan keindahan budaya. Hadirin pun diajak bernostalgia di masa anak-anak lewat Tari Dolanan yang mengangkat tema permainan tradisional. Tidak hanya itu, Tari Sorote Lintang, sebuah tari kontemporer berbalut unsur tradisional yang kental, juga turut memeriahkan acara. Kekuatan dan kebersamaan terlukis indah dalam Tari Jaran Dawuh. Sebagai penutup, Tari Boran tampil memikat, mengisahkan kehidupan penjual nasi boran, kuliner khas Lamongan.
Dia mengingatkan tentang tanggung jawab besar seorang guru. “Seorang guru, dalam setiap ucapan dan tindakannya, menjadi contoh bagi anak didiknya,” tegasnya. Dia menambahkan bahwa seorang guru harus memiliki minimal empat kompetensi utama: “Pertama adalah kepribadian, kedua kompetensi pedagogik, ketiga kompetensi profesional, dan yang keempat adalah kompetensi sosial.”
Dengan mengusung tema “Kreativitas Tanpa Batas,” pagelaran ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia. Lebih dari itu, acara ini juga menjadi pendorong bagi generasi muda, khususnya mahasiswa PGSD Umla, untuk terus berkarya dan berinovasi tanpa batas dalam menjaga dan mengembangkan seni budaya bangsa.
Pagelaran ini membuktikan bahwa seni dan budaya tetap lestari di tengah modernisasi, dirajut indah oleh kreativitas generasi penerus bangsa.